Label

Jumat, 04 April 2014

Celoteh politik anak SD



"Kakak nanti pilih partai apa?"

Pertanyaan ini meluncur di tengah keheningan kelas. Pertanyaan itu muncul dari murid saya yang suka bikin gemes. Namanya Fairuz, kelas 6 SD.
Rasa penasaran saya muncul, saya mencoba memancing respon Fairuz.

"Belom tau nih, emang kenapa?" balas saya acuh tak acuh.
"Pilih partai A aja, Kak." jawab Fairuz semangat.
"Emang kenapa?" tanyaku heran.
"Kan calon presidennya raja dangdut, nanti biar kita dangdutan tiap hari." Fairuz menjawab sambil tertawa-tawa.
"Iya Kak, nanti judi itu pasti dilarang. Haraamm~." tambah Nanda sambil menirukan suara raja dangdut.
"Hahaha.. Kalian bisa aja." saya mau ga mau ketawa ngakak.

"Iya Kak, pokoknya jangan pilih partai X. Ga bener partai itu." Fairuz mulai berapi-api.
"Loh, emang kenapa?" tanya saya bingung. Beneran heran kenapa anak kelas 6 SD bisa-bisanya sampe kepikiran ke sana.
"Ih, kakak masa gak tau sih. Partai itu kan pengkhianat agama." Fairuz ngotot.
"Masa sih? Kan ketuanya orang islam? Kamu tau dari mana?" tanya saya yang semakin bingung.
"Soalnya kan bla bla bla bla." jelas Fairuz panjang lebar
"Iya Kak, pokoknya jangan pernah milih partai itu. Kakak tuh ngewakilin kita-kita yang ga bisa ikut pemilu." tambah Fairuz.
"Iya bener, Kak." tambah Nanda.
"Iya, insyaAllah Kakak akan pilih partai yang bener. Sekarang itu kerjain dulu soalnya, nanti kalo yang nilainya paling bagus Kakak kasih hadiah." Saya menutup pembicaraan, dalam hati ngerasa amazing banget dengan diskusi singkat saya dengan adek-adek saya.


Beberapa jam kemudian...
Saat saya mengajar kelas 6 SD malam, topik pemilu kembali muncul. Kali ini pencetusnya Audrey.
"Kak, nanti tanggal 9 April libur pemilu, ya?" tanya Audrey.
"Iya." jawab saya singkat.
"Kakak pilih partai apa? pilih partai A aja kak, biar bisa dangdutan." kata Audrey sambil tertawa-tawa.
"Kamu bisa aja." jawab saya sambil tertawa.
"Iya Kak, jangan pilih partai X ya." Audrey mulai serius.
"Kenapa?" tanya saya heran. Kenapa Fairuz sama Audrey ngomongnya persis sama? Kan ga kenal.
"Iya kak, soalnya kalo kakak pilih partai itu nanti temen saya pindah lagi ke Jakarta." jawab Audrey sambil meraut pensilnya.
"Lah terus apa hubungannyaaaaa?" tanya Afifah dan Hannan mewakili kata hati saya.
"Iya soalnya kalo partai X menang, berarti papanya temen aku nanti dipindahin kerja ke Jakarta lagi, terus nanti temen aku pindah juga. Aku males banget." Audrey mulai ga nyambung.
Jawaban Audrey membuat saya bengong beberapa detik sebelum saya berkata, "Ya udah, lanjut kerjain soalnya."


Oke. Terlepas apa alasan Fairuz maupun alasan ga bangetnya Audrey, saya merasa kagum sama adek-adek saya. Di saat teman-teman mereka memikirkan kapan bel pulang berbunyi, kapan  bisa jajan di luar, kapan  bisa main, Fairuz dan Audrey sudah mulai memikirkan politik.
Ya, saya tau mungkin ada anak-anak yang lebih jago ngomongin politik dibanding Fairuz dan Audrey, bahkan mungkin lebih muda dari mereka.
Yang jadi concern saya di sini adalah mereka masih muda, tapi mata mereka bisa melihat fenomena politik di masyarakat. Banyak loh, anak muda bahkan orang tua yang punya hak memilih, seolah menutup mata dan lebih memilih golput.

Pemilu ini menentukan banget nasib bangsa, loh masbro dan mbabro. Jangan pernah kepikiran buat golput. Adek-adek saya yang kelas 6 SD aja, pengen banget loh ikut serta jadi pemillih.

Yuk, kita sukseskan pemilu 2014. Pilih yang sesuai dengan hati dan diyakini bisa membawa perubahan.